Curug Panjang nan Menantang di Megamendung, Bogor

Menunggu datangnya Hari Sabtu serasa menunggu bertemu pacar waktu dahulu. Sejak beberapa hari sudah bersiap, barang-barang sudah mulai dikumpulkan, agar nanti saat packing tidak terlalu merepotkan. Maklum, Hari Sabtu masih tetap bekerja mencari uang buat keluarga sampai sore. Setelah itu baru bersantai dan harus segera berangkat.

Tibalah hari yang ditunggu, Sabtu, 4 Februari 2017, sore hari sepulang dari kerja, segera melengkapi barang bawaan beberapa buah. Barang sebagian sudah dipacking saat Hari Jumat malamnya. Kali ini sama seperti terakhir kali, jalan sendiri, ... oh berdua dengan Halvor... kalau boleh dihitung.

Bersama Halvor di Curug Panjang di daerah Megamendung, Bogor, Jawa Barat.

Sejak sore hari saya sudah bersiap, ada satu kendala, Halvor diajak berjalan-jalan oleh Steve anak bungsu saya sampai berjam-jam. Biasanya tidak lama dan hanya di dalam komplek perumahan saja, tak sampai satu jam sudah kembali. Karena tidak membawa hand phone, saya dan istri mencoba mencari ke sekeliling komplek, sambil bertanya ke beberapa satpam, namun tidak ditemukan. Pasrah sudah kita menunggu saja di rumah. Tak lama kemudian Steve telepon bahwa sudah sampai di komplek tetangga, namun karena terlalu jauh berjalan kaki, akhirnya minta dijemput pulang... hahaha... Maklum masih jiwa anak-anak, jadi belum berpikir panjang, cenderung menganggap mudan dan remeh suatu masalah. Ya sudah, tak apalah, yang penting semua baik-baik saja.

Setelah selesai, menjemput Steve dan Halvor, kita makan malam dulu sekeluarga termasuk Halvor. Menunya nasi padang dengan lauk ayam goreng.

Jarak dari rumah ke Curug Panjang, 87 kilometer.

RUTE YANG DILALUI (JALAN NON TOL)
Pukul 20:34 berangkat dari rumah dengan kondisi perut yang sudah terisi. Karena menggunakan motor, tentunya kita tidak bisa menggunakan jalan tol yang sebenarnya lebih singkat dan lebih mudah. Dari Jakarta Barat, saya melewati Jalan Lingkar Luar Barat (Outter Ring Road), Jalan Raya Kembangan, Jalan Puri Indah, Jalan Meruya Ilir. Di pertigaan Relasi, belok kanan ke Jalan Panjang, lurus terus sampai Jalan Metro Pondok Indah. Di perempatan Point Square belok kiri melalui Jalan RA Kartini sampai Jalan TB Simatupang, lalu berbelok ke kanan ke Jalan Raya Bogor yang super panjang melalui Cibinong sampai menyambung ke Jalan Pajajaran di Kota Bogor. 
Fiuh.... Dari Jalan Pajajaran lurus terus ke Jalan Raya Tajur. Ada beberapa yang harus dibelokkan dahulu karena tidak boleh lurus, misalnya di dekat Terminal Baranang Siang, harus berbelok ke kiri dulu melalui ramp tol, lalu putar balik dan berbelok kiri lagi masuk ke Jalan Raya Tajur. Jangan lupa saat di Lippo Plaza, ambil jalur yang ke kiri lalu terus sampai ke Cipayung.

Saat sampai di Cibinong, saya dan Halvor berhenti dahulu di Nasi Uduk Kesya 23, depan Pom Bensin Cibinong, Kisahnya saya tuliskan di sini: Nasi Uduk Kesya 23 di Jalan Raya Bogor, Cibinong, Berkunjung Sambil Mengenalkan Husky

Kenapa berhenti di warung ini, sebab ini tempat kita berhenti di perjalanan sebelumnya, saat pergi ke Curug Love. 
..


DUA PILIHAN RUTE DI CIPAYUNG

Sesampai di Cipayung, saya berhenti dulu di sebuah minimarket Indomart di sebelah kiri jalan. Sambil rehat dan minum air putih, sekalian juga memberi minum Halvor dan menanyakan rute ke Curug Panjang. Memastikan sekali lagi. 

Di minimarket ini saya juga bertemu dengan para wisatawan lainnya, sekelompok biker dari Jakarta yang dari awal sudah tertarik dengan Halvor. Cekrek-cekrek dari selfie sampai wefie... Senang juga membuat orang lain senang.

Di Cipayung ada dua pilihan. Pilihan pertama adalah belok ke kiri saat ada Masjid Nurul Huda. Jika dari arah Jakarta, maka masjid ini terletak sebelum Cimory Riverside. Berbelok ke kiri di masjid ini, kita memasuki Jalan Pusdik Polri, terus naik turun dan berkelok-kelok sampai ke Curug Panjang. Curug Panjang lokasinya setelah Curug Naga. Jangan segan untuk bertanya, karena kadang-kadang ada persimpangan yang membuat kita ragu.

Pilihan kedua adalah setelah melewati Cimory Riverside di sebelah kanan, kita belok ke kiri masuk ke Jalan Desa Cilember, lalu dari sana terus naik sampai ke Curug Panjang. Saat pertama sampai di Cipayung, setelah ke minimarket, saya masuk ke jalur jalan ini dan menemukan sebuah pos satpam untuk beristirahat sambil menunggu pagi dan matahari muncul.


Pagi harinya saya ke jalan besar lagi dan menunggu kang Cecep Solihin dengan motornya menemui saya. Dan setelah bertemu, kita sepakat memilih jalur pertama. Jalur nanjak dan berkelok-kelok, khan jalur yang akan ke curug, jalur ini sudah mulus jalannya. Menuju ke arah Curug Panjang, dapat bonus pemandangan bagus. Saya lupa minta berhenti sama kang Cecep yang melaju di depan. Saat pulangnya baru saya minta berhenti untuk foto sejenak.




Kembali ke awal lagi, menuju Curug Panjang. Tak lama kemudian sampailah ke lokasi pintu masuk Curug Panjang. Tiket masuk sebesar lima belas ribu rupiah perorang, kita bayarkan di loket ini.

Loket untuk karcis membayar karcis masuk. Parkir motor bisa di sebelum bangunan ini atau sesudahnya yaitu di depan warung kecil.


Tracking tidak terlalu jauh kita akan menemukan sebuah jembatan yang melintasi sungai. Dan setelah itu turun ke bawah untuk menuju kawasan yang agak datar. Saat saya sampai, sudah ada mamang yang sedang menyiapkan bakso untuk dijadikan bakso goreng. Harganya seribu sebutir. Nampak banyak bakso yang dibawa dalam sebuah karung. Iseng-iseng saya tanya, berapa banyak baso yang dibawa. Seribu butir jawabnya. Yah semoga laris.

Saya mengikatkan Halvor di sebuah pohon yang tak jauh dari mamang bakso goreng ini. Saya segera menuju ruang ganti baju. Sementara itu Kang Cecep memilih menikmati alam saja, tidak bermain air. Tak apalah... hawa juga sejuk dan pemandangan sangat indah.

Tak berapa lama rombongan lain muncul dan terjadi pembicaraan seputar Halvor. Dan cekrek-cekrek mereka asyik berfoto bersama Halvor.

Setelah itu barulah saya berganti baju dan memakai rash guard Tiento untuk bermain air. Kali ini saya membawa masker selam saya, biar lebih puas bermain air.

 Curug Panjang terlihat agak di latar belakang dan cukup jauh.

Di latar belakang nampak Curug Panjang dengan arusnya yang sangat deras.

Saya dengan kebesaran (perutnya... hahaha) dan Halvor mungkin sedang stretching...


Curug Panjang yang Menantang

Dari curug yang pernah saya jumpai yaitu Curug Nangka, Curug Kawung, Curug Daun, Curug Love dan Curug Putri Kencana, Curug Panjang ini menurut saya debitnya cukup deras. Padahal saat saya ke sana, cuaca sangat cerah dan tidak ada hujan sedikitpun.

Saya sempat bermain air di kolam yang tidak tepat di jatuhnya air terjun ini jadi sedikit terhalang batu besar, itupun masih cukup terasa arusnya jika kita mencoba mengambangkan badan. Sangat kontras jika teman-teman pernah mencoba di kolam Curug Love dan Curug Panjang ini.


Setelah agak lama dan cukup puas bermain di kolam ini, saya menggeser badan melewati batu besar penghalang tadi, sambil berpegangan pada tali yang sudah diberi ban dalam sebagai pelampung. Terasa sekali arus menerpa badan. Wah luar biasa. Saya memakai masker selam dan mengintip ke dasarnya, tidak terlihat, penuh gelembung air yang ditimbulkan oleh benturan derasnya air terjun dengan air dan batu di bawahnya. Sebenarnya air di curug ini sangat jernih dan menyegarkan badan.

Konon ... karena saya sendiri belum mencoba dan mengukurnya... kedalaman dasar kolam tepat di bawah air terjun Curug Panjang ini adalah tujuh meter. Bilamana ini terjadi karena peristiwa alam yaitu pengikisan material karena limpasan air curug, bisa dibayangkan berapa besar kekuatan tekan dari aliran iini. Jangan membayangkan bahwa teman-teman bisa mandi tepat di bawah pancuran air curug ini seperti di Curug Kawung atau Curug Love, berbeda sekali.

Saat saya mencoba di pinggiran kolam utama tadi, nampak satu anak meloncat dari platform kayu di sisi tebing. Dia meloncat dan berhasil muncul dan terseret arus dan berenang ke batu. Lalu tak lama kemudian seorang remaja lagi melakukan hal yang sama. Ah... barangkali saya yang sudah terlalu tua untuk seperti itu, atau memang nyali saya yang memang super secuil ini.

Bawaan yang cukup banyak, seberat 16 kilogram ini dengan air minum sebanyak total 4 liter bisa jadi mubazir kalau saya tidak pakai. Saya segera naik ke tepian dan memasak air untuk membuat teh.

Tak lama kemudian terdengar suara histeris orang berteriak. Ah... sedih rasanya mendengarnya. Saya ceritakan saja di artikel lainnya ya...

Selepas bermain air di sini, tanpa membilas badan, saya langsung memakai celana dan jaket untuk merangkapi rash guard Tiento yang saya pakai saat bermain air. Kalau dari curug dengan air yang bersih dan menyegarkan, entak kenapa berulang kali saya tidak pernah bilas, dan badan tidak terasa gatal. Jadi saya terbiasa berbuat seperti itu. Sekalian saat pulang ke rumah baru bilas.  

Setelah itu saya kembali packing dan berjalan ke parkiran motor. Lalu jalan kembali menuju arah Bogor. Kang Cecep berhenti karena memang rumahnya dekat sebelum masuk kota Bogornya. Saya lanjut ke Bogor melalui jalan awalnya kembali ke arah Kebon Raya Bogor.

Baca juga bagian berikutnya: Menengok Curug Ciputri di Tenjolaya, Bogor

Jadi siapa yang akan menikmati keindahan alam Curug Panjang... berhati-hatilah ya...

Sampai jumpa lagi...
Gunadi dan Halvor

Comments

Popular posts from this blog

Tragedi Curug Panjang, 5 February 2017, Berhati-Hatilah Bermain di Air Terjun

Bagaimana memasang hammock dan flysheet untuk menahan angin ?