Tragedi Curug Panjang, 5 February 2017, Berhati-Hatilah Bermain di Air Terjun

Sempat saya tulis di facebook berita duka ini. Saya mendengar bahwa almarhum biasa dipanggil To'ing dan ada informasi berasal dari Pasar Rebo. Saya tidak melihat ada atribut banner komunitas saat itu. Sekali lagi sebelum saya menulis artikel ini, saya menyampaikan turut berduka cita kepada keluarga almarhum, rekan-rekan rombongan korban yang saat itu sempat bertemu dan bercengkerama dengan sangat baik, bahkan sempat berfoto-foto bersama Halvor yang datang bersama saya saat itu. Semoga almarhum diberkahi kasih oleh Yang Maha Kuasa untuk dapat menempati tempat di surga. Semoga keluarga almarhum diberi keikhlasan atas kepergian putra terkasihnya, juga diberi kekuatan, ketabahan dan penghiburan.

Artikel ini bertujuan agar kepergian almarhum membawa kebaikan bagi para wisatawan yang lain agar bisa lebih waspada dalam menikmati keindahan alam yang ada, terutama di curug atau air terjun dimanapun. Semoga teman-teman penikmat alam semuanya juga saya sendiripun, tetap dilindungi agar selalu sadar dan bisa kembali ke rumah dalam keadaan sehat dan tak kurang suatu apapun. Agar suka tidak berubah menjadi duka.




Seperti sudah saya tuliskan cerita mengenai Curug Panjang di artikel lainnya. Curug Panjang mempunyai arus yang sangat kuat.
Limpasan air terjun yang deras di Curug Panjang di latar belakang.

Baca juga: Curug Panjang nan Menantang di Megamendung, Bogor

Setelah saya naik dan memasak air dengan kompor portabel kecil dan nesting saya mendengar suara orang berteriak minta tolong bahwa ada orang yang tenggelam. Saya segera mendekat dan bertanya, memang siapa yang tenggelam, benarkah, ataukah hanya orang yang panik dan saling teriak tanpa kejelasan. Ternyata teman rombongan yang tadi sempat berfoto bersama Halvor memastikan bahwa betul teman dia yang belum muncul. Katanya tadi loncat empat orang dan hanya muncul tiga orang. Saya memang tidak sedang berada di air saat itu, jadi tidak melihat kejadiannya. Saya juga enggak bertanya lebih jauh, apakah keempatnya loncat bersamaan atau tidak, sebab situasi sedang berduka, tidak tega bertanya lebih jauh.

Ada dua tali plastik biru yang saya lihat. Satu di sisi kanan dari air terjun tapi tidak terlihat sebarapa panjang talinya. Satu tali lagi di sebelah kiri air terjun dengan ban dalam terikat di ujungnya sebagai pelampung sementara ujung satunya diikat ke dahan pohon di atas kolam airnya, Tali biru berpelampung ini sudah beberapa bagian putus untaian benang plastiknya.

Beberapa orang memang mengelilingi lokasi kejadian dan berusaha membantu sebisanya. Namun belum membawa hasil. Beberapa menyatakan melihat bagian tangan muncul ke permukaan lalu tenggelam lagi, berikutnya bagian kepala lalu hilang lagi.

Saya ingat saya membawa tali hammock 3 ruas yang masing-masing sekitar dua meteran dengan masing-masing ujung full bartack. Tali ini merupakan tali tubular selebar 2.5 cm, jadi menurut saya cukup kuat. Segera saya menuju ke lokasi kejadian dan mengikat tali ujung tali satunya ke dahan dan ujung satunya lagi saya pegang ke tangan saya. Saya tidak pernah mendapatkan pelatihan rescue, hanya sempat belajar sedikit mengenai freediving dan baru sempat memiliki lisensi scuba diving A1 dari CMAS. Kegiatan pecinta alam dulu juga lebih sekedar ikut teman naik gunung, tingkat pemula, belumlah mahir sampai level lanjut. Tapi rasa ingin membantu sebisanya sepanjang tidak membahayakan nyawa saya, saya rasa cukup beralasan.

Dari tempat tadi saya mulai mencoba bermain di kolam dalam ini saya mencoba menyelam dan melihat tubuh sudah tidak sadarkan diri, tidak ada gerakan dan seperti benda diam yang dipermainkan arus air. Badan posisi tidur melengkung dan mengarah ke atas, kedua tangannya melengkung ke atas, badan berkaus putih. Saya langsung merasa sedih dan serasa melihat orang yang sedang meminta tolong. Entahlah orang lain melihatnya seperti apa. Saya berusaha menggapai dengan tangan yang satunya, jarak tinggal mungkin sekitar satu meter, saya terbawa arus naik kembali dan menjauhi air terjun. Sementara badan tersebut makin turun ke dasar dan menghilang dari pandangan mata saya. Sedih rasanya ... sementara tadinya saya sudah berbesar hati bisa menggapainya.

Sebenarnya banyak yang berusaha menolong. Ada yang menggunakan tiang bambu yang besar, namun saya pikir tiang bambu tentunya susah dan mengambang karena banyak rongga udara di dalamnya. Ada yang menggunakan tali putih panjang. Ada yang menggunakan bambu dengan ujung kait besi seperti penggaruk sampah berujung empat, saya sendiri merasa ngeri, semoga ujung tersebut terkena bagian pakaian saja, jangan sampai terkena badan yang ingin merescue. Semua bahu membahu ingin membantu, namun rasanya saya sebagai orang awam melihat semua masih terbatas dalam kemampuan search and rescue. Koordinasi juga kesan saya saat itu kurang, yah itu tadi ... tapi minimal semangat saling menolong sangat kuat.

Saya bertahan di sekitar situ sambil berharap badan tersebut terbawa arus air lagi mendekati saya. Namun memang belum saatnya. Sampai badan saya menggigil karena dinginnya air, tidak seperti biasanya saya merasa demikian, entahlah. Saya kemudian naik ke darat. Tali saya serahkan ke orang lain yang sedang berusaha di situ semoga bisa berguna.

Saya memasak air lebih banyak dan meminum teh untuk menghangatkan badan dahulu. Dua mangkuk kecil di tangan saya bergoyang sampai teh agak tumpah karena tangan bergetar. Tak apalah masih banyak air yang bisa direbus. Masih banyak juga teh celup yang saya bawa. Sambil berfikir mencari sebuah batu atau besi besar yang bisa diikat ke ujung tali dan ditenggelamkan, membantu badan kita untuk berpegangan turun ke bawah. Kalau bagi rekan yang sempat bermain freedive, saya berfikir mengenai FIM, Free Immersion. Tentunya dengan menggunakan tali lain lagi untuk mengikat badan kita selagi kita tidak mampu naik, demi keamanan rescuer juga. Sementara itu waktu terus berlalu dan harapan menemukan Toing dalam keadaan terbaik semakin minim.

Tak berapa lama datang orang membawa satu roll tali webbing tubular, lalu ada yang meminjam masker selam saya, sayapun sangat mengijinkannya. Waktu berlalu dan akhirnya ada seruan bahwa sudah berhasil diangkat, dan kemudian digotong ke batu dan diletakkan di atas tandu yang sudah dipersiapkan. Walaupun saya belum berhasil, tapi minimal saya tidak malah merepotkan dan mencoba membantu. Saya ikut senang setidaknya dapat ditemukan dan dikembalikan kepada pihak keluarganya.

Katanya setelah ditandu, segera dibawa ke RS di Ciawi untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.




KONDISI CURUG PANJANG

Dari kederasan curah air di Curug Panjang bukan main, bila dibandingkan curug lain yang saya pernah datangi seperti Curug Love, Curug Putri Kencana, Curug Nangka, Curug Daun dan Curug Kawung. Semuanya saya kunjungi dalam kondisi cerah dan tidak ada hujan. Bagi teman-teman yang sudah memiliki pengalaman ke curug lainnya, barangkali bisa dituliskan di bagian komentar di bawah ini, curug lain yang mempunyai debit air dan limpasan seperti Curug Panjang ini.

Katanya - karena saya belum pernah mengukur sendiri dengan alat maupun metoda apapun - kedalaman sampai 7 meter. Saya membayangkan jikalau kedalaman 7 meter tersebut hanya murni disebabkan oleh limpasan air terjun, dapat dibayangkan kekuatan tekan air yang dapat memindahkan material sedalam 7 meter tersebut.

Perilaku arus juga saya sebagai orang awam membayangkan bahwa di tiap kedalaman bisa berbeda-beda, semisal di dekat limpasan air jika jarak satu meter di permukaan, mungkin kita akan terdorong arus naik, sehingga aman. Sementara itu jarak mungkin sekitar 3 meter ke bawah, bisa saja malah terkena tekanan air untuk masuk sampai kedalaman 7 meter tadi.

Untuk pusaran air yang menyedot masuk ke dasar, menurut beberapa orang yang sempat ngobrol dengan saya, tidak ada pusaran air yang menarik ke dasar. Penggambaran yang mudah adalah seperti teman-teman melihat wastafel yang ditutup karet pada dasarnya, lalu kita isi air sampai penuh, kemudian penutup karet kita buka, maka air akan turun melalui celah seperti itu dan akan menyedot apapun di atasnya ke bawah. Bayangkan seekor semut berada di dalamnya, mampukan dia naik ke permukaan dengan selamat.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa untuk arus, cukuplah kita diam mengikuti arus. Bisa jadi pendapat ini berlaku untuk arus yang bukan seperti sedotan ke dasar, karena jka iya, seberapa lama kita bisa menahan napas untuk itu. Berikutnya hal ini tentunya tidak berlaku jika kita terkena benturan batu dan tidak sadarkan diri ataupun cedera yang membuat kita tidak mampu menyelamatkan diri nantinya. Atau barangkali pendapat ini untuk orang bermain scuba dengan tangki yang masih cukup berisi udara sampai dia berhasil aman keluar dari arus tersebut.

Pada platform loncat saya tidak memperhatikan ada tulisan. Tapi setelah kejadian saya lihat lebih teliti ada dua tulisan dilarang meloncat. Saya sendiri tidak memperhatikan sebelum kejadian, apakah memang sudah ada atau sempat dilepas.Barangkali karena memang saya lebih memperhatikan ke pemandangan alamnya dan airnya sendiri.

Batu berbahaya. Saya sendiri belum telalu lama mengamati, sehingga tidak mengetahui dengan jelas, titik loncat mana yang aman agar tidak terkena batu dan aman dari arus jikalau ada, dan tidak mengetahui juga titik mana yang berbahaya bisa membuat badan peloncat terhempas terkena batu.

Hal lain adalah adanya ban dan tali di sisi kiri air terjun. Menurut saya ban sangat penting jika ...si peloncat 
tidak terbentur batu dan masih sadarkan diri, peloncat tidak panik, peloncat masih bisa ke permukaan selama nafas masih tahan, dan ada yang bantu melemparkan ban ke si peloncat... Kalau tidak, ya ...gawat. Yang kedua, talinya juga sudah banyak benang plastiknya yang putus. 

Saat saya melihat ke dalam air pada posisi batu besar tersebut, air jernih, namun karena arusnya deras, di dalam air penuh gelembung udara seperti air yang keluar dari aerator di akuarium, serasa di dalam air soda yang diaduk ... Visibility/jarak pandang jadi terbatas, berbahaya juga bagi team rescue yang kurang mahir. Sudah sering dengar juga tour guide yang berusaha menjadi penolong, tapi malahan ikut menjadi korban berikutnya.



KEMUNGKINAN PENYEBAB

Secara awam saya hanya bisa menebak berbagai kemungkinan yang terjadi, hasil otopsi bisa lebih memperjelas, para saksi yang melihat saat kejadian, atau yang mengetahui situasi detail Curug Panjang ini bisa lebih memperkuat penyebab utamanya. Saya hanya berusaha melihat kemungkinannya, bukan untuk lebih sok tahu, hanya sekedar agar kita waspada dan berhati-hati. Bagi yang lebih tahu, mohon diberikan koreksi di komentar di bawah ini.

Beberapa sempat bertanya, apakah korban bisa berenang ? Saya tidak tahu informasi ini. Bagi rekan yang belum bisa berenang, diharapkan tidak ikut meloncat, karena jikalau terjadi belum tentu teman yang ada mempunyai kemahiran untuk menyelamatkan nyawa si peloncat. Demikian pula kadang si korban mempunyai reflek memeluk si penyelamat. Jika si penyelamat tidak mempunyai kemahiran, bisa jadi dua-duanya menjadi korban. Reflek berikutnya adalah jikalau temannya juga kurang mahir, maka barangkali temannya akan berusaha menyelamatkan dirinya sendiri dahulu.

Terbentur batu. Dalam suatu area loncatan, kadang hanya ada beberapa spot yang aman untuik diloncati. Jikalau gagal pada spot itu, bisa berakibat badan kita terhempas mengenai batu baik yang ada di atas permukaan air maupun di dalam air. Jika kita terbentur dan tidak sadarkan diri ataupun menjadi cedera, maka sangat berbahaya.

Loncatan bersama. Jikalau spot aman hanya beberapa dan peloncat lebih dari itu, maka besar kemungkinan ada peloncat yang akan mendarat di spot yang berbahaya tersebut.

Arus yang deras mungkin akan membawa kita tak tentu arah. Jikalau kita panik ditambah dengan kehilangan orientasi maka dengan daya tahan napas yang terbatas kita dapat berenang ke arah yang salah, bukan ke permukaan.

Visibility yang rendah. Karena arus yang membuat gelembung udara di air, maka akan menyebabkan jarak pandang rendah, sehingga semakin kecil kita dapat melihat korban berada di mana dan bagaimana menyelamatkannya.




HARAPAN

Saya berharap tempat loncat tersebut dirombak secara permanen agar orang tidak dapat meloncat lagi dari platform tersebut.
Semoga ada penjaga yang mengawasi dan melarang secara lebih aktif para wisatawan yang mencoba meloncat dari tempat berbahaya tersebut.
Tali diganti dengan yang dalam kondisi bagus dan di cek secara lebih teratur dan lebih sering.
Semoga para penikmat alam lebih sadar akan bahaya yang ada.
Semoga tulisan ini berguna bagi semua.


Salam lestari
Gunadi





Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana memasang hammock dan flysheet untuk menahan angin ?