Merawat Cinta di Curug Love, Sentul, Bogor

Teman-teman, apapun aktivitas keseharian kalian, baik karyawan, wiraswastawan, ataupun yang masih menuntut ilmu... tentunya kita perlu sejenak merefresh semangat kita dengan berekreasi. Rekreasi penting untuk menurunkan tingkat stress kita agar setelah itu kita menjadi segar dan bekerja atau beraktifitas secara produktif kembali..

Bilamana teman-teman mempunyai dana yang berlimpah, bepergian ke luar negeri dengan membeli paket perjalanan di agen perjalanan tentunya sangat menyenangkan. Tapi bagi yang dananya terbatas, jangan galau, Yang Maha Kuasa sangatlah adil, bahagia tidaklah dimonopoli oleh orang kaya saja, jadi rekreasi tidak selalu harus mahal, seperti yang akan saya lakukan kali ini, ke Curug Love naik motor saja.

Curug Cinta, Love Falls, Curug Love.



Hari Sabtu saya masih bekerja full sampai sore hari. Sesampai di rumah, saya segera mandi dan melanjutkan packing. Saya tidak mau terburu-buru, jam berapapun siap tetaplah jalan. Saya belum pernah ke lokasi ini sebelumnya, modal informasi hanya dari browsing dari internet. Memang ada disebutkan mengenai tempat penginapan, namun bukan itu yang saya ingin cari, tapi hammockan atau berkemah di alam terbukalah yang saya inginkan. Langit terlihat kurang cerah sejak sore hari. Carrier saya isi dengan hammock dan fly sheet, dan untuk berjaga-jaga saya membawa tenda kapasitas dua orang yang murah meriah. Tak lupa botol air mineral, kompor, nesting, dan lain-lainnya. Saya ingin selengkap mungkin. Alhasil carrier/keril yang saya bawa sangatlah berat, 16 kilogram hanya untuk dua hari satu malam.... hahaha...

Pukul 8 malam, hari Sabtu tanggal 21 Januari 2017 ini, saya sudah siap lahir dan batin. Motor dipakai sebentar oleh istri untuk pergi ke mini market di komplek perumahan, tak apa, ditunggu sebentar saja.

Bensin sudah terisi penuh, dan posisi kilometer awal di 37 484,6 km. Di bagian bawah adalah posisi kilometer akhir dari trip ini. 


RUTE MENUJU LOKASI

Informasi yang saya dapat dari browsing yaitu rute jikalau mengendarai kendaraan roda empat dan melalui jalan tol. Sedangkan yang akan saya lakukan kali ini adalah naik kendaraan roda dua yang tentunya tidak bisa memasuki jalur jalan tol. Ahahaha... tak masalah, saya membuka Google Map. Cari saja Curug Putri Kencana, karena Curug Love adalah lokasi tracking setelah Curug Putri Kencana. Google Map hanya memiliki rute jalan kaki, kereta api, dan mobil, tidak ada pilihan untuk mode kendaraan roda dua. Selain itu kita juga bisa memakai aplikasi Waze.

Dari lokasi saya di Jakarta Barat, dengan tujuan Curug Putri Kencana, saya mendapatkan jarak 77 km.

Pilihan rute ... tentunya saya tidak bisa memilih melalui rute jalan tol.


Singkat kata, dari Jakarta Barat tempat saya tinggal, saya memilih rute melalui Jalan Outter Ring Road, Puri Indah, Meruya, Jalan Panjang, Pondok Indah, Ragunan.... terus sampai ke Jalan Raya Bogor. Lalu dari Jalan Raya Bogor terus sampai Jalan Alternatif Sentul, Babakan Madang dan sampailah di lokasi pintu masuk lokasi Curug Putri Kencana. 

Hahaha... tentunya perjalanan sangatlah berwarna dan tidak semudah itu. Hal itulah yang sebenarnya menyenangkan, variasi hidup. Yang pertama adalah saya belum pernah ke lokasi itu, sehingga harus berulang kali melihat gadget bersistem operasi Android untuk memastikan bahwa saya tidak salah mengambil rute. Yang kedua, karena membawa Halvor si Siberian Husky, agar aman saya berkendara umumnya paling cepat 50 km per jam, dan memang saya mau santai. Yang ketiga, saya seringkali berhenti untuk bertanya kepada para pedagang kaki lima di pinggir jalan, sekedar memastikan agar saya betul mengambil rute, karena kadang-kadang bisa saja orang salah memberi tag di peta.Ini yang disebut dengan GPS tradisional, singkatan dari Gunakan Penduduk Sekitar. Istilah lainnya adalah Sistem Operasi Cangkem... artinya pakai mulut buat bertanya... hahaha.. Terlebih lagi, kadang-kadang petunjuk jalan membingungkan buat orang yang belum pernah melaluinya. You have to try it yourself to know it. Bagi yang sering mengemudi sendiri, pastilah paham, petunjuk di jalan tol saja kadang membingungkan. Anda sering melihat di jalan tol, mobil berhenti setelah percabangan jalan, lalu mundur ke belakang untuk mengambil jalur lainnya ? Nah itu salah satu buktinya.

Sepanjang jalan seperti biasanya, Halvor menjadi pusat perhatian, tak jarang sepeda motor ataupun mobil sengaja mengiringi saya untuk memperhatikan hal yang agak langka, yaitu seekor anjing naik motor di depan. Atau orang tua ingin menunjukkan hal ini kepada anaknya, sampai kadang mobil berjalan di sebelah kanan saya dengan jendela yang terbuka. Demikian juga saat berhenti di perempatan atau kemacetan, atau saat sedang bertanya rute. Pertanyaan yang umum adalah ini anjing atau serigala, umur berapa, bisa apa saja, makanannya bagaimana, susah enggak mengurusnya, beli berapa, namanya siapa, sudah sering diajak pergi ya, galak atau enggak, menggigit atau enggak, boleh enggak difoto dulu, boleh enggak berfoto bersama.


Tertarik untuk memiliki atau memelihara seekor Siberian Husky atau sejenisnya ? Bolehlah pahami dulu sekilas informasi ini... Apakah Husky Cocok Buat Kita ? Sebab memelihara mahluk hidup adalah sebuah komitmen jangka panjang. 

Oh iya... Husky adalah anjing yang suka kabur. Dan jangan kaget kalau kabur, bisa hilang, karena orang menyukai penampilannya. Lagipula bukanlah saya pemilik si Halvor, melainkan James, anak sulung saya. Sehingga demi keamanan, saya mengikat si Halvor ke badan saya. Saya juga sudah membiasakannya naik motor dengan saya, dari sekedar di dalam komplek perumahan, lalu semakin jauh ke tempat saya kerja. 

Perjalanan bersama Halvor sebelumnya yang terjauh dengan mobil adalah sampai ke Tegal . Halvor Goes to Tegal

Sedangkan dengan kendaraan roda dua, atau motor ... ke arah Tangerang yaitu Halvor ke Pantai Tanjung Pasir. Ataupun ke arah selatan yaitu ke Gelanggang Olah Raga Ragunan ... Halvor ke GOR Ragunan.

Ah... kembali ke perjalanan kita... malam minggu yang ramai... melewati banyak kerumunan dan kemacetan di jalur jalan biasa yang bukan jalan tol, perempatan yang ruwet, terminal angkutan dan sebagainya. Untunglah saya pernah sampai ke GOR Ragunan sebelumnya, jadi sampai ke sini tidaklah membingungkan. Perut rasanya perlu diisi, saya berhenti di tenda penjual ketoprak di Jalan Raya Bogor ... hanya sepuluh ribu rupiah untuk sepiring ketoprak, ditambah dengan obrolan yang santai dan ramah... Sayang tidak ada menu untuk Halvor. Sebenarnya banyak tenda yang lebih ramai, hanya saja saya memilih untuk menghindari keramaian tersebut supaya jangan sampai saya yang seorang diri menggangu kenyamanan pengunjung yang lain yang belum akrab dengan Halvor.

Berjalan beberapa saat, sampailah di warung tenda nasi uduk. Sepiring nasi putih dengan sepotong paha yang di-"suwir-suwir" menjadi santapan Halvor. Sedangkan saya menikmati segelas es jeruk asli yang asli manis dengan pemanis gula asli. Asli total semua hanya dua puluh lima ribu rupiah. Asli. Oh... masih ada bonus dengan Halvor membuang hajat di pohon terdekat.... free... Ditambah lagi dengan permintaan khusus yang susah untuk disetujui... yaitu permintaan meninggalkan si Halvor di sini... Rupanya dari yang awalnya agak sedikit takut, sampai akhirnya para penjaga warung ini menjadi sayang sama si Halvor...



NYASAR KE JALAN MAYOR OKING

Nah... di Jalan Raya Bogor ini, sepertinya jalan ke kiri lebih besar dari pada jalan yang lurus, sehingga saya berbelok ke kiri... Jalan Mayor Oking. Jalan yang lurus juga terlihat seperti pasar dan padat pada saat itu. Dengan agak ragu saya menepi dan berhenti di pelataran toko waralaba yang sudah tutup, lalu membuka gadget, dan saya memutuskan untuk memutar balik kembali ke jalan yang benar... hahaha... Memang jalanan padat dan agak di penuhi dengan pedagang kaki lima dan angkot yang berhenti... Itulah jalan kebenaran.

Menelusuri Jalan Raya Bogor lagi, lurus terus sampai akhirnya berbelok ke kiri di Jalan Raya Alternatif Sentul.yang besar dan lebar.. kemudian melewati persimpangan yang tidak sebidang dengan Jalan Tol Jagorawi , dan berbelok ke kanan menuju Jalan Raya Sirkuit Sentul, dan di peta memang membingungkan di situ diterakan Jalan Raya Babakan Madang, Jl Raya Sentul dan Jalan Raya Sirkuit Sentul... jalan yang sama dengan tiga nama. Ah... sabodo teuing. Yang penting jalan lurus terus, sampai bertemu Hotel Harris, lalu kita berbelok ke kiri. Jalan ini akan memotong jalan raya di komplek perumahan, namun tetaplah mengambil jalan yang lurus terus walaupun kecil. Di peta, jalanan ini diterakan nama Jalan Babakan, Jalan Raya Babakan Madang, dan Jalan Raya Gunung Pancar. Tetaplah lurus.Sesampai di lokasi malam hari, semua toko tutup, semua warung tutup, hanya beberapa warung penduduk yang buka. Jalanan kecil ini banyak polisi tidur ... barangkali karena sudah malam... hahaha...  Langit yang gelap menyirami bumi dengan gerimis kecil. Dengan berjaket kain dan keril yang sudah diselimuti rain cover sedari rumah tadi, saya sesekali beristirahat beberapa menit untuk kemudian jalan kembali.


JALANAN YANG KECIL DAN BERBATU

Saya melihat ada warung yang buka, dengan pisang yang matang digantung di depannya. Lumayanlah sekedar untuk tempat bertanya dan menambah perbekalan. Menu mie instant menggoda dan snack keripik bersalut MSG... Seperti di film kartun, malaikat kecil bersayap muncul dan mengatakan jangan beli itu... belilah air putih dalam kemasan cukup dua botol dan beberapa sisir pisang susu. Jadilah keril saya bertambah berat, barangkali hampir dua puluh kilogram bobotnya. Untuk satu lembaran dua puluh ribu rupiah, saya mendapatkan dua botol mineral isi 500 ml dan tiga sisir pisang susu yang matang, awalnya dua sisir, tapi si anak memberikan bonus satu sisir lagi. Ah... baik sekali, semoga rejekimu berlimpah, nak.

Di warung ini ada beberapa motor dan beberapa anak muda di dalam. Katanya mereka akan naik ke air terjun juga dan beristirahat dulu di sini. Saya juga ditawarkan demikian. Tak jauh dari situ juga terlihat sebuah warung dengan pemandangan yang sama, berarti mereka adalah para pengunjung yang melewatkan malam di sana. Saya tetap pada rencana semula untuk terus jalan walau sedikit geriis dan jalanan gelap. Si anak ini menawarkan diri untuk mengantar. Memang disebutkan di artikel yang saya baca di internet, penduduk setempat sangat ramah dan siap menawarkan diri mengantar dengan imbalan seikhlasnya. Saya sangat senang, namun saya tetap ingin mencoba berkelana. 

Jalanan ini sangat gelap di malam hari, dengan penuh keraguan dan kehati-hatian, saya menyalakan senter kecil yang saya pegang di tangan kiri untuk lebih menerangi jalan dan sesekali saya arahkan ke papan petunjuk jalan atau spanduk untuk melihat lebih jelas. Percayalah... jalan ini sangat panjang dan penuh dengan keraguan bagi saya yang baru kali ini ke sana dan di malam hari. Bagi yang akan ke lokasi ini dan menggunakan kendaraan roda empat, tidak disarankan menggunakan jenis sedan atau jenis ceper, karena masih ada ruas-ruas jalan yang rusak..

Sampai akhirnya ada sebuah pelataran yang tidak terlalu luas dengan gerbang kayu. Inilah akhir perjalanan untuk kendaraan roda empat. Mobil harus diparkirkan di sini. Kalau tak salah di pos ini akan diminta lima ribu rupiah setiap orang dengan bukti karcis hijau. (Saya melewatinya lagi saat dalam perjalanan pulang siang harinya.) Saat itu malam hari dan tidak ada yang menjaga. 

Saya berkendara terus melewati jalan yang diperkeras dengan batu tanpa aspal, sampai menemukan jembatan kayu pertama. Nampaknya sudah sangat sepi dan tidak terlihat rumah lagi. Tidak ada tempat lagi untuk bertanya apakah ini jalan kebenaran atau jalan sesat... hahaha... Saat itu sudah pukul 1 malam. Saya tidak menemukan tempat yang bagus untuk tidur di hammock atau membuka tenda. Untuk praktisnya saya memarkirkan motor di situ dan beristirahat di saung yang kosong. Rupanya itu sebuah warung tanpa penghuni. 

Saya membuka perbekalan, melahap beberapa pisang yang tadi saya beli. Melepas jaket. Mumpung gelap, saya melepas celana jeans, lalu memakai celana pendek, dan kemudian memakai jeans kembali. Buat persiapan kalau nanti harus melewati sungai jikalau perlu. Menggelar kompor kecil dan nesting untuk memasak air. Kali ini saya tak lupa membawa kopi sachet dan teh. Dua gelas kopi sedikit menghangatkan badan. Halvor meminum beberapa teguk air mineral.

Setelah membereskan kembali keril beserta isinya, saya merebahkan diri. Lampu senter saya matikan lagi. Sangat gelap, hawa sejuk cenderung dingin saya nikmati hanya dengan kaus lengan panjang di badan. Keasyikan lainnya adalah tidur di depan sawah dengan suara katak dan beraneka hewan malam, sungguh tidak bisa didapatkan di rumah saya. Rasa takut ? Tidak ada... bahkan tidak ada penampakan secuilpun seperti dalam cerita-cerita obrolan atau di film-film. Sama sekali tidak saya jumpai. Suwer... Barangkali kata si pemilik sosok akan mengatakan... "Emangnya siapa lu...? Wani piro... ". Hahaha... Tidur ditemani Halvor dengan posisi badan yang melingkar di sisi saya. Luar biasa.

Tak terasa pukul 5 pagi. Matahari agak malas di sana. Jam 5.30 barulah mulai sedikit terang. Foto-fotolah sedikit.

Saung tempat tidur semalam. Di sebelahnya warung yang tutup. Ternyata siang hari juga masih tutup. Menurut orang warung di Curug Love saat obrolan sesampai di Curug Love, pemilik warung bukanlah penduduk sekitar, namun penduduk yang agak jauh, sehingga mungkin antara hasil usaha dengan kerepotan yang dilakukan kurang sebanding, jadi agak kurang niat berjualan. (Saat saya melewatinya siang hari, warung inipun masih tutup.)


Jembatan kayu pertama, berlokasi di depan saung tadi. Motor berada di balik kamera, agar tidak mengurangi keindahan alamnya.

Pagi ini barulah mulai nampak beberapa orang melewati jalanan ini. Saya sempat bertanya dan ternyata memang benar jalan ini. Serombongan motor lewat dan saya mengikutinya. Jalanan lebih parah lagi. Namun lumayanlah, kalau tidak naik motor, kita sudah harus jalan dari posisi gerbang parkiran mobil tadi.

Melewati jalan ada pos petugas jaga. Kita diberhentikan untuk diminta membayar retribusi sebesar lima belas ribu rupiah, kemudian melanjutkan jalan lagi sampai ke tempat parkir motor.

Pintu gerbang parkiran motor. Hari masih pagi. Parkiran masih kosong, hanya terisi motor saya dan tiga motor dari rombongan yang tadi saya ikuti.

Papan petunjuk jalan di dalam parkiran motor tadi.

Jalan ke atas adalah jalan menuju curug. Berulang kali penduduk menawarkan mengantar. Mereka memberitahu agar sebaiknya langsung menuju titik terjauh, yaitu Curug Love, baru kemudian saat kembali mampir ke Curug Putri Kencana.

Pemandangan alami sepanjang jalan menujur Curug Love.


Berpose sejenak.

Kedua wisatawan lokal ini menggelar tenda di dekat lokasi ini. Mereka meminta ijin untuk berpose bersama Halvor. Rasanya itu memang suatu kesempatan langka yang tidak mereka sia-siakan.

Melewati jalan yang sesekali bersimpangan dengan aliran parit kecil alami. Halvor suka sekali mimun air segar dan jernih ini. 



Berpose di gubug bambu. 

Di sepanjang jalan ke atas, nampak beberapa gubug bambu dan warung. Warung ini masih tutup, mungkin agak siang sedikit baru buka. Berjalan dengan bekal sekitar hampir dua puluh kilogram menanjak dalam waktu setengah jam, membuat peluh bercucuran. Tak lama sampailah saya ke Curug Love. Di dekat curug ini juga terdapat warung dan saung bambu yang disewakan. Kita dapat menyewa kepada si pemilik warung.dan membuka bekal di sana bagi yang rombongan. Saya memilih terus ke curug yang hanya berjarak sekitar 15 meter dan terlihat di depan mata. 

Segera saya melepaskan beban keril, membuka sandal gunung dan celana panjang dan menaruhnya di atas bebatuan. Teman rombongan tadi sudah sampai duluan di sini. Maklumlah tenaga muda dan barang bawaan tidak sebanyak saya yang seperti porter salah jalan. Menikmati kesegaran air curug serasa epik... di sinilah rupanya klimaks perjalanan ini. Beberapa teman tadi menambil foto dari kamera hapenya sambil tangannya bergetar kedinginan. 

Saya sudah terbiasa, ah jadi ingat saat di Lake Wakatipu hanya bermodal kaos dan baju saja, jaket saya simpan di backpack untuk berjaga kalau badan tidak kuat, mencoba berdamai dengan hawa dingin, sementara anggota rombongan lain memakai jaket yang tebal dan berbulu.

Berendam di air. Membawa Halvor memberanikan diri untuk berenang di air. Nampaknya Halvor belum merasa nyaman berenang di air, harus sering-sering diajak dan dilatih. 

Berpose di atas batu di Curug Love.

Sebenarnya ini kali ketiga Halvor bermain air curug. Sebelumnya ada di perjalanan pertama saya ke Curug Nangka... Curug Nangka, Curug Kawung, dan Curug Daun ... Tempat Wisata Alam yang Indah dan Murah di Bogor bersama teman-teman pecinta anjing. Dan kali kedua bersama keluarga... Menikmati Alam Curug Nangka bersama Keluarga di Malam Pergantian Tahun

Untuk berenang juga sudah sempat sebelumnya juga di air laut ... Halvor Goes to Tanjung Pasir Beach
Rupanya memang harus lebih sering. Kali ini Halvor agak sedikit panik dan naik ke badan saya, sampai kacamata saya terjatuh ke air dan menghilang untuk sementara waktu. Tanpa membawa kacamata renang ataupun masker selam, agak sulit mencari kacamata saya. Kacamata pastilah tenggelam, saya hanya khawatir terinjak dan rusak. Air agak keruh karena lumut dan pasir yang teraduk naik. Sementara itu susah mencari di air. Arus di permukaan tidak deras, jadi kemungkinan kacamata terhanyut kecil. Untunglah akhirnya saat tangan saya menyetuh dasar bebatuan ketemu lagi dalam kondisi yang baik dan memang Tuhan tau saya sedang tidak banyak uang akhir-akhir ini. Thank God.

Setelah itu Halvor saya naikkan ke batu dan badannya sedikit menggigil kedinginan. Saya peluk sebentar sampai merasa nyaman kembali. Lalu bergantianlah rombongan tadi berpose bersama Halvor.

Berpose di batu kali di depan warung dan saung bambu.


Setelah puas bermain air. Kita naik ke warung dan minum kopi hangat, teh hangat, dan gorengan pisang goreng, tempe goreng dan membeli tissue untuk mengelap kacamata. 

Oh iya.. ada rombongan beberapa keluarga dari expat Korea yang sedang berlibur di sini. Hampir semuanya menyukai Halvor dan mereka bermain dengan Halvor. Senang sekali mereka mengelus Halvor yang memang ramah dan sebenarnya sedang kelelahan dan sedikit kelaparan. Beberapa potong makanan mereka berikan ke Halvor. Si cantik Han Ji Wan, mengelus Halvor sampai si Halvor tertidur. Ji Wan demikian panggilananya, memiliki seekor Toy Poodle yang lucu di rumahnya. Memang banyak orang tertipu oleh penampilah seekor husky yang terlihat seseram serigala, namun ternyata akhirnya menjadi jatuh hati karena ternyata sangat jinak dan ramah. Ji Wan sambil mengelus Halvor menanyakan kapan saya akan pulang. Tak tega kalau saya harus pulang segera, saya bilang nanti saja kalau Ji Wan selesai bermain dengan Halvor.

Tak berapa lama, datang rombongan teman-teman dari Backpacker Jakarta, sebanyak tiga puluh orang yang terbagi menjadi tiga angkot dan dikomandani oleh mas Galih Miqdad dan bang Ferdinand. Mas Galih sering trip ke laut bersama saya. Selain itu juga ada Anto, Tommy dan Lia. Lia adalah seorang gadis berhijab yang unik. Keunikannya adalah karena dia seorang pecinta doggy dan relawan pada Animal Defender.

Sudah cukup lama di sana, rombongan Ji Wan pun pulang dan saya segera turun untuk mengunjungi Curug Putri Kencana dalam arah perjalanan tracking kembali.

Oh iya... mengenai nama Curug Love... Ternyata katanya jika debit air lebih besar dari yang sekarang ini, aliran air melewati batu di curugnya akan membentuk seperti lambang hati. Demikianlah sebutan Curug Love itu muncul. 

Tak apalah... yang penting kita menjadi cinta dengan alam dan seisinya. Cinta kepada binatang yang kita pelihara yang merupakan ciptaan Tuhan juga. Barangkali saya lihat juga banyak benih cinta terlihat di rombongan lain yang berpasang-pasangan.

Selain leuwi atau kolam di curug tersebut bisa untuk berenang, lebih besar daripada yang di Curug Kawung. Lingkungan sekitar sini juga bersih dari sampah berserakan. Rupanya setelah pengunjung pergi, bapak penjaga warung akan turun ke curug dan sekitarnya untuk mengumpulkan sampah bilamana masih ada. 


Jadi ... kapan kalian akan main lagi ke Curug Love ?



Salam woof ... woof...
Gunadi dan Halvor... 

Comments

Popular posts from this blog

Tragedi Curug Panjang, 5 February 2017, Berhati-Hatilah Bermain di Air Terjun

Bagaimana memasang hammock dan flysheet untuk menahan angin ?